Iklim
politik di Indonesia saat ini mengganggu kenyamananku. Ter-iris
hati ini melihat sesama saudara saling cekcok, tidak tegur sapa,
memutus silaturahmi, fanatisme/taklid buta, pada makam pun
intolerans.
Lebih
parah dari itu, merasa diri seolah seperti
“Tuhan,
dengan
mudahnya menjustifikasi orang lain yang tidak se-agama sebagai
seorang
“Kafir”.
Satu
agama berbeda pilihan politik
dianggap “antek aseng” dan
atau
“jaminan neraka”,
seakan–akan
ialah si
penyambung lidah Tuhan. Begitu mudahnya kata–kata tak
pantas itu diobral.
Padahal,
seperti
yang dikatakan cak nun,
bahwa "hak
untuk menilai seseorang muslim atau bukan adalah hak prerogeratif
Tuhan”.
Perilaku
tersebut dapat terjadi karena
kesalahan dalam menyikapi infomasi. Banyaknya informasi yang
diterima,
namun tidak
diimbangi dengan kesiapan pola piker.Serta
kurangnya
keinginan untuk menelusuri sumber informasi tersebut,
apakah
valid atau hanya
sebuah
prasangka (HOAKS)
Islam
memberi
seruan
kepada
hambanya
untuk menjauhi
diri
dari prasangka
dan mencari–cari kesalahan orang lain. Seperti yang
tertera dalam Surah Al
hujarat (49):
12
وَلَا
ۖ إِثْمٌ الظَّنِّ بَعْضَ إِنَّ الظَّنِّ
مِّنَ كَثِيرًا جْتَنِبُوا آمَنُوا
الَّذِينَ يُّهَا ايَا
مَيْتًا
أَخِيهِ لَحْمَ يَأْكُلَ أَن أَحَدُكُمْ
أَيُحِبُّ ۚ بَعْضًا بَّعْضُكُم يَغْتَب
وَلَا تَجَسَّسُوا
- رَّحِيمٌ
تَوَّابٌ اللَّهَ إِنَّ ۚ اللَّهَ
وَاتَّقُوا ۚ فَكَرِهْتُمُوهُ
Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang.
Menjadi
padanan yang tidak sesuai ketika kebersamaan yang
terjalin.
Selama ini harus berakhir karena perbedaan
cara
pandang.
Harusnya,
perbedaan menjadikan hidup terasa lebih indah, bukan sebaliknya.
Memaknai
selalu
semboyan “bhinneka tunggal ika”,
berbeda–beda
kita tetap satu. Menghidupi kembali julukan Indonesia di mata dunia
sebagai negeri yang ramah.
Maka,
alangkah baiknya permasalahan tersebut di atas diatasi dengan cara:
- Mengingat kembali bahwa islam hadir sebagai rahmatan lil alamin
وَمَآ
أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Q.S
al anbiya : 107
Islam
sebagai
rahmatan
lil’alamin,
menghantarkan kehidupan yang harmonis, aman, damai, adil dan
sejahtera. Tidak ada pen-dhaliman
dari manusia yang satu kepada manusia yang lain. Jika masih ada
pendhaliman, salah satu menyakiti bahkan membunuh yang lain, maka
misi agama dalam kehidupan masih belum tercapai.
- Memilah informasi
Pada
era informasi yang begitu meluas
diharapkan
dapat
memilah informasi yang diterima,
apakah sumber informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau
tidak.
Atau
dapat mulai menyaring informasi dengan cara membaca dengan banyak
sudut pandang.
Banyaknya
media saat ini dapat membantu dalam mencari informasi yang valid
dengan cara tidak berpedoman dengan satu sumber. Carilah sumber –
sumber yang validasinya terpercaya. Seperti ingin mencari informasi
tentang cuaca dapat langsung dapat telusur pada web resmi BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
- Tabayyun
Menanyakan
atau
konfirmasi
kebenaran informasi kepada pihak
yang
bersangkutan atau kepada seseorang yang mumpuni dalam menjelaskan
informasi tersebut,
melakukan
cross
check
informasi yang ada, apakah sudah valid atau belum atau
apakah
informasi ini berisi peggiringan opini untuk menjatuhkan kelompok
lain atau tidak
- Jangan menyebar hoaks
Mempertimbangkan
kembali informasi yang diterima untuk di sebar luaskan, Karena
indonesia
sudah tegas dalam mengantisipasi
bahaya
hoaks,
seperti
yang terkandung dalam Undang-Undang
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan
Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan
terjadinya konflik sosial.
Perbedaan
pendapat itu wajar, silang pendapat dalam berdebat itu umum,
karena
setiap manusia mempunyai pola pikir yang berbeda tergantung
pengalaman hidup yang sudah ia lewati. Tapi jangan menjadi sebuah
alasan untuk saling membatasi diri,
jangan
karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Kesampingkan perbedaan
yang ada,
junjung
persatuan dan
kesatuan sebagai
bukti islam yang rahmatan lil alamin dan melestarikan bahwa “bhinneka
tunggal ika” itu masih ada.
Iklim
politik di Indonesia saat ini mengganggu kenyamananku. Ter-iris
hati ini melihat sesama saudara saling cekcok, tidak tegur sapa,
memutus silaturahmi, fanatisme/taklid buta, pada makam pun
intolerans.
Lebih
parah dari itu, merasa diri seolah seperti
“Tuhan,
dengan
mudahnya menjustifikasi orang lain yang tidak se-agama sebagai
seorang
“Kafir”.
Satu
agama berbeda pilihan politik
dianggap “antek aseng” dan
atau
“jaminan neraka”,
seakan–akan
ialah si
penyambung lidah Tuhan. Begitu mudahnya kata–kata tak
pantas itu diobral.
Padahal,
seperti
yang dikatakan cak nun,
bahwa "hak
untuk menilai seseorang muslim atau bukan adalah hak prerogeratif
Tuhan”.
Perilaku
tersebut dapat terjadi karena
kesalahan dalam menyikapi infomasi. Banyaknya informasi yang
diterima,
namun tidak
diimbangi dengan kesiapan pola piker.Serta
kurangnya
keinginan untuk menelusuri sumber informasi tersebut,
apakah
valid atau hanya
sebuah
prasangka (HOAKS)
Islam
memberi
seruan
kepada
hambanya
untuk menjauhi
diri
dari prasangka
dan mencari–cari kesalahan orang lain. Seperti yang
tertera dalam Surah Al
hujarat (49):
12
وَلَا
ۖ إِثْمٌ الظَّنِّ بَعْضَ إِنَّ الظَّنِّ
مِّنَ كَثِيرًا جْتَنِبُوا آمَنُوا
الَّذِينَ يُّهَا ايَا
مَيْتًا
أَخِيهِ لَحْمَ يَأْكُلَ أَن أَحَدُكُمْ
أَيُحِبُّ ۚ بَعْضًا بَّعْضُكُم يَغْتَب
وَلَا تَجَسَّسُوا
- : 12 - رَّحِيمٌ تَوَّابٌ اللَّهَ إِنَّ ۚ اللَّهَ وَاتَّقُوا ۚ فَكَرِهْتُمُوهُ
Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang.
Menjadi
padanan yang tidak sesuai ketika kebersamaan yang
terjalin.
Selama ini harus berakhir karena perbedaan
cara
pandang.
Harusnya,
perbedaan menjadikan hidup terasa lebih indah, bukan sebaliknya.
Memaknai
selalu
semboyan “bhinneka tunggal ika”,
berbeda–beda
kita tetap satu. Menghidupi kembali julukan Indonesia di mata dunia
sebagai negeri yang ramah.
Maka,
alangkah baiknya permasalahan tersebut di atas diatasi dengan cara:
- Mengingat kembali bahwa islam hadir sebagai rahmatan lil alamin
وَمَآ
أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Q.S
al anbiya : 107
Islam
sebagai
rahmatan
lil’alamin,
menghantarkan kehidupan yang harmonis, aman, damai, adil dan
sejahtera. Tidak ada pen-dhaliman
dari manusia yang satu kepada manusia yang lain. Jika masih ada
pendhaliman, salah satu menyakiti bahkan membunuh yang lain, maka
misi agama dalam kehidupan masih belum tercapai.
- Memilah informasi
Pada
era informasi yang begitu meluas
diharapkan
dapat
memilah informasi yang diterima,
apakah sumber informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau
tidak.
Atau
dapat mulai menyaring informasi dengan cara membaca dengan banyak
sudut pandang.
Banyaknya
media saat ini dapat membantu dalam mencari informasi yang valid
dengan cara tidak berpedoman dengan satu sumber. Carilah sumber –
sumber yang validasinya terpercaya. Seperti ingin mencari informasi
tentang cuaca dapat langsung dapat telusur pada web resmi BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
- Tabayyun
Menanyakan
atau
konfirmasi
kebenaran informasi kepada pihak
yang
bersangkutan atau kepada seseorang yang mumpuni dalam menjelaskan
informasi tersebut,
melakukan
cross
check
informasi yang ada, apakah sudah valid atau belum atau
apakah
informasi ini berisi peggiringan opini untuk menjatuhkan kelompok
lain atau tidak
- Jangan menyebar hoaks
Mempertimbangkan
kembali informasi yang diterima untuk di sebar luaskan, Karena
indonesia
sudah tegas dalam mengantisipasi
bahaya
hoaks,
seperti
yang terkandung dalam Undang-Undang
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan
Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan
terjadinya konflik sosial.
Perbedaan
pendapat itu wajar, silang pendapat dalam berdebat itu umum,
karena
setiap manusia mempunyai pola pikir yang berbeda tergantung
pengalaman hidup yang sudah ia lewati. Tapi jangan menjadi sebuah
alasan untuk saling membatasi diri,
jangan
karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Kesampingkan perbedaan
yang ada,
junjung
persatuan dan
kesatuan sebagai
bukti islam yang rahmatan lil alamin dan melestarikan bahwa “bhinneka
tunggal ika” itu masih ada.
Komentar
Posting Komentar